small

Rabu, 25 September 2013

Abu dan Asap Rokok

Abu dan Asap Rokok

Ditulis oleh Fitri Yani 


lemah tatapan abu kepada asap rokok itu
seperti hujan yang melepaskanku dari pelukanmu
di separuh tubuh yang masih menyala
ada gemuruh dahaga yang meronta
hingga jatuhlah engkau yang tak lagi utuh
menarilah aku, asap yang tak ingin menetap
tak akan kusalahkah sang api
ketika sebatang tubuh itu
perlahan kehilangan raga
sehingga terciptalah kita
karena bagi sang apilah
maaf dan restuku tertuju
bukankah kita pernah berjanji akan setia, katamu
namun aku tak pernah yakin kita akan utuh
dalam satu tubuh
kau atau pun aku mau tak mau
mesti merelakan segalanya menjadi kewajaran
mungkin kau tak akan lagi merasa lengkap
setelah jatuh di lantai yang mengkilap
tapi itu hanya akan terasa sebentar, percayalah
ada peristiwa lain yang akan mengembalikanmu
kepada tanah, tempat yang lebih sabar
ketimbang altar biara yang menampung semua doa
sementara aku,
akan segera lenyap di dingin pagi
nanti, saat aku telah tiba di awan, akan kubujuk hujan
agar menemuimu yang telah menyatu dengan tempat lain
kau selalu diam dalam sejarah masa silam, mengapa?
adakah hujan jatuh pada musim yang salah, tuan?
Bandarlampung, Juli 2009

Rabu, 18 September 2013

Nama-nama dan Ingatan

Nama-nama dan Ingatan

Tiba-tiba begitu sulit mengingat namamu
padahal aku telah berada dalam tubuhmu. Kuhafal
benar suaramu, berlarian dan bergelantungan
di daun telinga dan kedua lenganku. Sering
tiba-tiba kau mematikan lampu dan bertanya

Siapa namamu?

Maka diamlah gelap
biar kuurai lubuk tubuhmu
agar nama-nama bebas dari ingatanku

Ke dataran jauh aku menghembus
membakar seluruh pakaian, sepatu, dan mantel
hujan yang pernah kukenakan. Kubiarkan asapnya
menyelubungi ingatan seolah leluhur
yang mengelilingiku

Suaramu menggema di lantai dasar sebuah hotel
sejenis erang yang membuat selimutku basah
dan tubuhku menjadi demam. Sekali lagi
kau mematikan lampu dan bertanya,

Siapa namamu?

Maka diamlah tubuh
biar kuurai seluruh ingatan, memisahkan
nama-nama dari hasrat yang menamainya
memulangkannya ke dalam suaramu
yang berlarian dan bergantungan
di daun telinga dan  kedua
lenganku

2010

Rabu, 11 September 2013

Kuketuk Diammu


Kuketuk Diammu

Ditulis oleh Budhi Setyawan

pagi baru mengetuk hari
ketika tiba-tiba Jakarta mendekapku lekat
sebentar, aku membuang sengal

mana janjimu kemarin?
janji apa?
tentang rindumu yang kaulukiskan di sepanjang trotoar

ya rinduku pontang-panting terpelanting
digulung asap dan karat zaman

kini tengah kucari serpih-serpihnya
pada tawa gedung-gedung tinggi
tapi malah kuteriris runcingnya

mari ke kolong tol
mewarnai kanvas waktu
dengan harum sampah dan kudis luka

Jakarta, 6 September 2007

Rabu, 04 September 2013

Tinggalkan Disini


Tinggalkan Disini
Ditulis oleh Budhi Setyawan


tinggalkan di sini sesobek senja
biar kuciumi
semampai jingga

tinggalkan di sini secarik malam
biar kutiduri
segaris dingin

tinggalkan di sini seiris mimpi
biar kurenangi
sebait ilusi

tinggalkan di sini seutas sepi
biar kususuri
seranting arti

Jakarta, 19 Mei 2007