small

Rabu, 30 Oktober 2013

LUMPUR

LUMPUR
Eko Roesbiantono

Sawah-sawah itu, ladang-ladang itu, rumah-rumah itu, kampung halaman itu,
terhampar lagi dalam ingatan, tempat kami dilahirkan, hidup dan kembali
seperti nenek moyang kami yang gugur menghalau para penjajah.
Namun sekarang tanah itu tak ada lagi.

Asal mula adalah lumpur menyembur, lalu menggenangi sawah,
ladang, jalanan, kampung dan kuburan. Lumpur yang menggusur dengkur tidur.
O dari manakah lumpur itu menyembur? Apakah dari deru panas dada atau dubur?
Apa dari busuk keserakahan perut yang menyembur?

Kuburan yang tenggelam, bangkit dalam kenangan. Moyang kami dulu berjuang
melawan penjajah berhati lumpur. Kelak mungkin seseorang akan bercerita
sebuah legenda tentang terbentuknya sebuah telaga. Di dasarnya ada sawah,
rumah-rumah, sekolah, dan kuburan tempat nenek moyang mereka bermukim.

Sawah-sawah itu, ladang-ladang itu, rumah-rumah itu terhampar lagi
dalam ingatan
hanya dalam ingatan

Surabaya, 2008


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 23 Oktober 2013

Aku Mencintai Kejauhan | Adi Nugroho *****

1. Aku Mencintai Kejauhan (1)

Karena kita jauh. Semua menjadi serba riuh. Mudah merindu pada waktu-waktu yang terbentang dari subuh ke subuh. Kalau boleh jujur, aku pun mencintaimu karena kita jauh. Namun, mengajarkanku bagaimana dekat denganmu. Jauh dari tatapan mata, membimbingku pada kemuliaan padamu. saat kau dihadapku jauh dari ekspresi jiwa, aku mepersiapkan segala rupa kebahagiaan untukmu. bahkan jauh dari sekadar bertegur sapa lewat awan biru, menuntunku untuk melantunkan keberkahan jiwa kala bersapa padamu. Dan jauhlah yang mengajariku makna cinta. Agar aku bisa mencinta secara perlahan, bermula ungkapan kata-kata yang terjalin dari goresan makna. Aku mulai tahu namamu, siapa dirimu. Semua serba indah, aku mencintaimu pada pandangan pertama dan pandangan selanjutnya sampai surga membersamai kita. Karena jauhlah, aku tahu indahnya kedekatan kita.


2. Lilin Kecil

Tanganku masih menengadah dibawahmu. Untuk menampung bagian tubuhmu yang lumer terbakar api. Sampai kapan kau akan tetap begitu. Dirimu begitu banyak didekati,tak kurang seribu kunang bermain di sampingmu. Juga tak hilang tiap pujangga menyebut namamu. Tapi, kenapa? Kau tega menghabiskan tubuhmu untuk menebar cinta. Kau bakar dirimu untuk menyulut senja. Namun, diriku tetap menjagamu. Menampung sisa tubuhmu dengan sedikit sumbu. Kau tetap lilin kecilku. Meski kau tak seperti dulu



Tetes embun matamukah itu
Yang menyeka gurat wajah yang siluet
dari tampiasnya awan di pelupuk alis
sebab bola matamu telah menggelinding
ke ufuk hatiku

siapa lagi? Itu pasti kamu

lautan senyummukah itu
yang membasahi tidur malamku

itu pasti kamu

yang menuliskan sajak dikulit dadaku
dan berakhir diselaput jantungku


4. NAMAMU
Telah kupahat namamu
dibatu itu,
dengan air mata kesenyapan.
kau pergi membawa debu.
Hinga tersisa batu.
Bertanggal hari kepergiamu



5. Bertukar Senja
Hari ini kita bertukar senja 
Kau bungkus dengan rona
Dan aku membingkisnya lewat aurora
Lalu kita membisiknya sebagai cinta

Liang-liang jurang sajak di ruang tunggu
Menyelip kerlip, kau memanja lagu
Berayun-ayun di akar lentik mataku
Aku suka menyebutnya sebagai rindu
Itu terjadi di malam yang demam
Kala doaku menderas menyungai di garis wajahku

Lalu menguap namamu
Dan membuka suaramu dilemari hati

Kin senja telah bertukar, kau peluk jnatungku
Dan kukecup aliran darahmu
Kini malam, sudahlah waktu tidur.
Biar esok kita bertukar fajar

Dilekung air laut aku temukan
Cinta itu engkau lewat deras arus buih
Rindu itu engkau, pada jejak langkah siang dan malam
Aku pun engkau, di detik detak jantungku


Sumber: ijonkmuhammad.tumblr.com



Rabu, 16 Oktober 2013

Bismillah

Bismillah
Alif Wahyu

Banyak orang butuh kamu,-
Banyak orang perlu kamu,-
Banyak orang yang percaya akan syafa'at,_
yang kau kandung.....

_Dari orang bejat
sampai orang Terhormat,,-
punya niat,bahkan ketika dapat,,-
Baik tekanan maupun kelapangan...

kau seperti sugesti,,
kau ,,seperti pemerhati,,-
kau,,seperti Hakim dalam jiwa juga sanubari,,-
dan,kau......
jujur ku akui memang hebat,.

_Anugrah Allah yang Hebat,..
lewat panutan kau ter'ucap hingga tertulis,-
Dilisan,...

jonggol-Bogor, 06-04-2013


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 09 Oktober 2013

Udara

Udara
Destiana Damayanti

Udara adalah nyawaku
Kau jangan marah pada kami yang telah menyakitimu
Kami telah mengotorimu
Tetapi kami tetap membutuhkanmu
Tanpamu aku tidak bisa hidup

Asap mobil dan motor telah mengotorimu
Asap pabrik telah mencemarimu
Maafkan kami
Semua ini ulah kami
Tapi kami pun tak bisa hidup tanpa ini

Sumedang, 12 April 2013



Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 02 Oktober 2013

Doa

Doa
eto kwuta

Itu perjumpaan tanpa lupa

“Kenapa kita menjangkau-Nya serupa dupa?”

Kita menangkap rupa
Beroleh sehasta hendak sedepa:
Membohongi siapa?

St. Arnoldus Janssen-Nita Pleat, 8 Oktober 2012


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com