small

Rabu, 25 Desember 2013

WAHAI MANUSIA..

WAHAI MANUSIA..
Hasanuddin

Wahai manusia marilah kita sadar
Sebelum dunia bubar
Mari laksanakan kebaikan hingga kelar
Biar kita nanti di akhirat tersenyum lebar

Wahai manusia mari kita jaga moral
Jangan sampai kita kesasar dan berandal
Ingat bila kita mati harus membawa bekal
Biar kita nanti tidak bersedih dan menyesal

Wahai manusia hidup di dunia tiada kekal
Kita hidup hanya sebentar dan sejengkal
Jangan hanya menimbun harta dengan tebal
Tapi harus perbanyak iman dan amal

Wahai manusia hentikan berbuat sundal
Kita bukan kadal tapi makhluk berakal
Mari bekerja yang halal
Jangan sampai menikmati yang haram akibatnya fatal

Wahai manusia jangan terlalu banyak bual
Membuat orang banyak sebal
Di depan Tuhan tiada orang kebal
Semuanya akan kena siksa yang setimpal

Kangean, 18-08-2007


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 18 Desember 2013

API-API YANG TAK PADAM

API-API YANG TAK PADAM
Mentari Media

kurasamasing-masingkitamasihsajasibukmencaricelah
untuktahusiapa yang bersalah
baramasihmenyala
di matamu, di hatiku

senjamakintuadantiaphelaidaungugurmembakarkenangan
akanlupakahkitakelak?
padaluka-lukapurba yang pernahsinggah
yang diguratkanpadanadikita

meskimungkinkitamampusejenaklupa
padajalananberlubang
tapisepertijugafoto yang tersimpandalam album kenangan
menyimpanbaulapuk, termakanusia
namunmakinrekat (begitujugaluka-lukadalamingatan)
ketikadibukalagisuatuketika

ada, api-api yang takpernahpadam
meskikitamakinkikis
makin tipis

Jakarta, 8 November, 2011


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 11 Desember 2013

SEPERTI DEBU

SEPERTI DEBU
Mentari Media

sepertidebu di ujungsepatu
atau yang sekadarhinggap di helai-helairambutmu
kaulihatsekilas
lantaskaukibas
berlalu, takberbekas

aku

Jakarta, 19 September, 2011


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 04 Desember 2013

Atensi

Atensi
Daman Surachman

Anakku, sekarang Jakarta maju
awet muda dan bagaikan perempuan bersusuk
tapi disebrang kita masih banyak yang
terbelakang dan terpuruk

Makanya nanti jika kau sudah dewasa
bertebaranlah kalian bagai bintang
mendidik adik-adik yang masih terbelakang
menjadikan mereka tumbuh dan mengerti
akan hidup

Anakku, negara kita bukan Jakarta saja
tapi gunung Kidul, Marauke, Lebak
Lombok, Biak dan ribuan pulau lainnya
semua harus berkembang dan menikmati
hasil kemerdekaan

Anakku, sampai dunia kiamat pun
ibukota tak akan pindah-pindah
kecuali jika berjuta granat memuntahkan
dan takdir harus tersingkirkan

Makanya bergeraklah
membangun desa-desa jadi megapolitan
membuka jendela pikir saudara kita
agar keadilan terasa
dan perhatian merata
memberi cahaya bagi nusantara

Singkawang, 2011


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 27 November 2013

CINTAKU PALSU

CINTAKU PALSU
Rudi Setiawan

Cintaku pada-Mu seperti cendawan di musim penghujan
hanya tumbuh disaat aku butuh.
Rinduku pada-Mu penuh dengan kepalsuan
kusembunyikan dibalik topeng ketaatan
Kupuji diri-Mu dengan slogan-slogan kemunafikan
kupamerkan dengan sombong dan arogan
Kurayu diri-Mu dalam puisi-puisi palsu
kupahat pada dinding-dinding kosong jiwaku
Dengan bangga kusebut Kau sebagai kekasih
Tetapi aku memperlakukan-Mu seperti keranjang sampah
Tempat kubuang semua keluh kesah dan sumpah serapah

Wahai (yang kuanggap) Kekasih
Engkau tahu bahwa aku tak bisa bersungguh-sungguh mencinta-Mu
Engkau tahu bahwa aku hanya berpura-pura memuja-Mu
Engkau tahu bahwa dibalik sujudku tersimpan kepongahanku
Engkau tahu bahwa dalam persembahanku terselip racun kebencianku

Duhai (yang kupaksa) Kekasih
Saban hari Kau curahi aku kasih sayang-Mu
Dan saban hari pula aku mencaci maki diri-Mu
Setiap waktu Kau limpahi aku karunia-karunia-Mu
Dan setiap waktu pula aku berpaling dari-Mu

Wahai (yang kukira) Kekasih
Apatah pantas aku berlari dari-Mu
Apatah bisa aku bersembunyi dari-MU
Apatah mampu aku menghindar dari-Mu
Jika nanti Kau memanggilku
Perlakukan aku seperti kekasih-Mu
(meski hanya pura-pura)

Doha, 15 November 2009


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 20 November 2013

KERETA

KERETA
Mentari Media

sakitakaningatan-ingatanmasalalumu
adalahkereta di peronstasiun.
pergilalukembali.
lagidanlagi.

danakuialahbangkutunggu
di peronitu.
selalu di situ, menunggu
meskiberdebudanselaluditinggalkan.

Jakarta, 14 April, 2012


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 13 November 2013

Ke-Mahasesal-an

Ke-Mahasesal-an
Rudi Anwar Hasibuan

Kutitipkan salam buat rindu
Lewat angin sepoi malam sendu
Di bawah hamparan luas mata malam-Mu
Banyak sudah tertumpah tinta merah
’tika penaku catat sejarah
Aku ilalang yang terpanggang di padang
Andai aku Kau beri waktu
Akan kuburu surga-Mu!!

Pekanbaru, 23 Mei 2010


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 06 November 2013

Firman hujan | Adi Nugroho ****

1. Firman hujan

Sekiranya  kita simpan hujan
Tak ada jua yang melarang
Pun kusimpan senyummu
Masihkah ada yang berang

Hujan berfirman pada basah tanah angin mendesah

Jatuh cinta adalah ibadah yang sempurna
Disana ada malaikat yang berdoa
dengan rekah senyum Tuhan di kursinya

Hujan pun bersabda
Jatuh rindu itu, sengatan listrik yang menggelikan
Tak peduli sesaknya dada, apalagi senyum yang tak diundang
dengan tangan mendekap, denyut di dada

manalagi yang kau dustakan
maha benar hujan yang mengingatkanku padamu

rintik hujan mengetuk jendela
dan tengoklah drama gemuruh
dapatkah kau lihat manusia berpayung itu?


2. Aku!

Aku, aku bukan Chairil,
Dia yang ingin hidup seribu tahun lagi
Apalagi binatang jalang

Aku, jelas bukan Chairil.
Karena aku
Ingin mencintaimu lebih dari seribu tahun
Melewati batas usia dunia
Tak perlu menerjang
Hanya perlu merindu
Bagian jalan menyayangimu

Aku,
Yang tak menangis saat keluar dari rahim ibu
Tapi mengelu menyebut namamu


3. Pulang

Kecuali pulang, hendak kemanakah dirimu saat merasa ada yang hilang. Selain pulang, kearah manakah aku berhenti bertualang.
Kau dan aku mungkin juga hanyalah pertemuan tak sengaja saat memilih pulang. Biarkan semua berjalan tanpa penghalang. Kita berjalan saling menunjuk alamat pulang. Semoga kelak di antara kita datang menggandeng untuk sebuah rute baru dalam bertualang.
Kemanapun aku beranjak, dimanapun kamu berpijak, juga bagaimanapun kita berjejak, pulang adalah memeluk ingatan.  
Apabila air mata adalah cinta, maka tangisku adalah merindu wajah ibu lewat harihari yang berlalu. Dengan kata lain, tangisku pada dirimu hanyalah melafal sajak ibu menuju dekapanmu. Saat kau dan ibu menyatu dalam dingin, rumah ibu menjadi alamat pulang penuh ilalang kerinduan, rumahmu pun menjadi alamat pulang yang hendak tercatat dalam doa ibu.
Pulang, hanyalah jalan lurus. Membuatku terus menerus menghapus masa lalu. Menggerus kisahkisah rakus yang terserat arus. Aku tak ingin hangus, sebab itu aku kembali pada asal muasal segala ritus.
Pulang, lewati banyak simpang. Mengajarkanku hikmah cinta dari derita berulang. Merapikan kisah usang menjadi cemerlang. Aku ingin semuanya terang, sebab itulah simpang diciptakan. Ketika jalanjalan saling silang, aku memecah karang mencium elang yang terbang. Demikian aku kembali, kemanakah kau berlalu, tetap saja kita akan mengetuk satu pintu.
Aku datang, aku memerlukan pulang, demikianlah aku kembali ketika mulai banyak halang.
Aku datang, aku membayangkan pulang, demikianlah kiranya rindu semakin menggebu

Rabu, 30 Oktober 2013

LUMPUR

LUMPUR
Eko Roesbiantono

Sawah-sawah itu, ladang-ladang itu, rumah-rumah itu, kampung halaman itu,
terhampar lagi dalam ingatan, tempat kami dilahirkan, hidup dan kembali
seperti nenek moyang kami yang gugur menghalau para penjajah.
Namun sekarang tanah itu tak ada lagi.

Asal mula adalah lumpur menyembur, lalu menggenangi sawah,
ladang, jalanan, kampung dan kuburan. Lumpur yang menggusur dengkur tidur.
O dari manakah lumpur itu menyembur? Apakah dari deru panas dada atau dubur?
Apa dari busuk keserakahan perut yang menyembur?

Kuburan yang tenggelam, bangkit dalam kenangan. Moyang kami dulu berjuang
melawan penjajah berhati lumpur. Kelak mungkin seseorang akan bercerita
sebuah legenda tentang terbentuknya sebuah telaga. Di dasarnya ada sawah,
rumah-rumah, sekolah, dan kuburan tempat nenek moyang mereka bermukim.

Sawah-sawah itu, ladang-ladang itu, rumah-rumah itu terhampar lagi
dalam ingatan
hanya dalam ingatan

Surabaya, 2008


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 23 Oktober 2013

Aku Mencintai Kejauhan | Adi Nugroho *****

1. Aku Mencintai Kejauhan (1)

Karena kita jauh. Semua menjadi serba riuh. Mudah merindu pada waktu-waktu yang terbentang dari subuh ke subuh. Kalau boleh jujur, aku pun mencintaimu karena kita jauh. Namun, mengajarkanku bagaimana dekat denganmu. Jauh dari tatapan mata, membimbingku pada kemuliaan padamu. saat kau dihadapku jauh dari ekspresi jiwa, aku mepersiapkan segala rupa kebahagiaan untukmu. bahkan jauh dari sekadar bertegur sapa lewat awan biru, menuntunku untuk melantunkan keberkahan jiwa kala bersapa padamu. Dan jauhlah yang mengajariku makna cinta. Agar aku bisa mencinta secara perlahan, bermula ungkapan kata-kata yang terjalin dari goresan makna. Aku mulai tahu namamu, siapa dirimu. Semua serba indah, aku mencintaimu pada pandangan pertama dan pandangan selanjutnya sampai surga membersamai kita. Karena jauhlah, aku tahu indahnya kedekatan kita.


2. Lilin Kecil

Tanganku masih menengadah dibawahmu. Untuk menampung bagian tubuhmu yang lumer terbakar api. Sampai kapan kau akan tetap begitu. Dirimu begitu banyak didekati,tak kurang seribu kunang bermain di sampingmu. Juga tak hilang tiap pujangga menyebut namamu. Tapi, kenapa? Kau tega menghabiskan tubuhmu untuk menebar cinta. Kau bakar dirimu untuk menyulut senja. Namun, diriku tetap menjagamu. Menampung sisa tubuhmu dengan sedikit sumbu. Kau tetap lilin kecilku. Meski kau tak seperti dulu



Tetes embun matamukah itu
Yang menyeka gurat wajah yang siluet
dari tampiasnya awan di pelupuk alis
sebab bola matamu telah menggelinding
ke ufuk hatiku

siapa lagi? Itu pasti kamu

lautan senyummukah itu
yang membasahi tidur malamku

itu pasti kamu

yang menuliskan sajak dikulit dadaku
dan berakhir diselaput jantungku


4. NAMAMU
Telah kupahat namamu
dibatu itu,
dengan air mata kesenyapan.
kau pergi membawa debu.
Hinga tersisa batu.
Bertanggal hari kepergiamu



5. Bertukar Senja
Hari ini kita bertukar senja 
Kau bungkus dengan rona
Dan aku membingkisnya lewat aurora
Lalu kita membisiknya sebagai cinta

Liang-liang jurang sajak di ruang tunggu
Menyelip kerlip, kau memanja lagu
Berayun-ayun di akar lentik mataku
Aku suka menyebutnya sebagai rindu
Itu terjadi di malam yang demam
Kala doaku menderas menyungai di garis wajahku

Lalu menguap namamu
Dan membuka suaramu dilemari hati

Kin senja telah bertukar, kau peluk jnatungku
Dan kukecup aliran darahmu
Kini malam, sudahlah waktu tidur.
Biar esok kita bertukar fajar

Dilekung air laut aku temukan
Cinta itu engkau lewat deras arus buih
Rindu itu engkau, pada jejak langkah siang dan malam
Aku pun engkau, di detik detak jantungku


Sumber: ijonkmuhammad.tumblr.com



Rabu, 16 Oktober 2013

Bismillah

Bismillah
Alif Wahyu

Banyak orang butuh kamu,-
Banyak orang perlu kamu,-
Banyak orang yang percaya akan syafa'at,_
yang kau kandung.....

_Dari orang bejat
sampai orang Terhormat,,-
punya niat,bahkan ketika dapat,,-
Baik tekanan maupun kelapangan...

kau seperti sugesti,,
kau ,,seperti pemerhati,,-
kau,,seperti Hakim dalam jiwa juga sanubari,,-
dan,kau......
jujur ku akui memang hebat,.

_Anugrah Allah yang Hebat,..
lewat panutan kau ter'ucap hingga tertulis,-
Dilisan,...

jonggol-Bogor, 06-04-2013


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 09 Oktober 2013

Udara

Udara
Destiana Damayanti

Udara adalah nyawaku
Kau jangan marah pada kami yang telah menyakitimu
Kami telah mengotorimu
Tetapi kami tetap membutuhkanmu
Tanpamu aku tidak bisa hidup

Asap mobil dan motor telah mengotorimu
Asap pabrik telah mencemarimu
Maafkan kami
Semua ini ulah kami
Tapi kami pun tak bisa hidup tanpa ini

Sumedang, 12 April 2013



Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 02 Oktober 2013

Doa

Doa
eto kwuta

Itu perjumpaan tanpa lupa

“Kenapa kita menjangkau-Nya serupa dupa?”

Kita menangkap rupa
Beroleh sehasta hendak sedepa:
Membohongi siapa?

St. Arnoldus Janssen-Nita Pleat, 8 Oktober 2012


Sumber : kumpulankaryapuisi.blogspot.com

Rabu, 25 September 2013

Abu dan Asap Rokok

Abu dan Asap Rokok

Ditulis oleh Fitri Yani 


lemah tatapan abu kepada asap rokok itu
seperti hujan yang melepaskanku dari pelukanmu
di separuh tubuh yang masih menyala
ada gemuruh dahaga yang meronta
hingga jatuhlah engkau yang tak lagi utuh
menarilah aku, asap yang tak ingin menetap
tak akan kusalahkah sang api
ketika sebatang tubuh itu
perlahan kehilangan raga
sehingga terciptalah kita
karena bagi sang apilah
maaf dan restuku tertuju
bukankah kita pernah berjanji akan setia, katamu
namun aku tak pernah yakin kita akan utuh
dalam satu tubuh
kau atau pun aku mau tak mau
mesti merelakan segalanya menjadi kewajaran
mungkin kau tak akan lagi merasa lengkap
setelah jatuh di lantai yang mengkilap
tapi itu hanya akan terasa sebentar, percayalah
ada peristiwa lain yang akan mengembalikanmu
kepada tanah, tempat yang lebih sabar
ketimbang altar biara yang menampung semua doa
sementara aku,
akan segera lenyap di dingin pagi
nanti, saat aku telah tiba di awan, akan kubujuk hujan
agar menemuimu yang telah menyatu dengan tempat lain
kau selalu diam dalam sejarah masa silam, mengapa?
adakah hujan jatuh pada musim yang salah, tuan?
Bandarlampung, Juli 2009

Rabu, 18 September 2013

Nama-nama dan Ingatan

Nama-nama dan Ingatan

Tiba-tiba begitu sulit mengingat namamu
padahal aku telah berada dalam tubuhmu. Kuhafal
benar suaramu, berlarian dan bergelantungan
di daun telinga dan kedua lenganku. Sering
tiba-tiba kau mematikan lampu dan bertanya

Siapa namamu?

Maka diamlah gelap
biar kuurai lubuk tubuhmu
agar nama-nama bebas dari ingatanku

Ke dataran jauh aku menghembus
membakar seluruh pakaian, sepatu, dan mantel
hujan yang pernah kukenakan. Kubiarkan asapnya
menyelubungi ingatan seolah leluhur
yang mengelilingiku

Suaramu menggema di lantai dasar sebuah hotel
sejenis erang yang membuat selimutku basah
dan tubuhku menjadi demam. Sekali lagi
kau mematikan lampu dan bertanya,

Siapa namamu?

Maka diamlah tubuh
biar kuurai seluruh ingatan, memisahkan
nama-nama dari hasrat yang menamainya
memulangkannya ke dalam suaramu
yang berlarian dan bergantungan
di daun telinga dan  kedua
lenganku

2010

Rabu, 11 September 2013

Kuketuk Diammu


Kuketuk Diammu

Ditulis oleh Budhi Setyawan

pagi baru mengetuk hari
ketika tiba-tiba Jakarta mendekapku lekat
sebentar, aku membuang sengal

mana janjimu kemarin?
janji apa?
tentang rindumu yang kaulukiskan di sepanjang trotoar

ya rinduku pontang-panting terpelanting
digulung asap dan karat zaman

kini tengah kucari serpih-serpihnya
pada tawa gedung-gedung tinggi
tapi malah kuteriris runcingnya

mari ke kolong tol
mewarnai kanvas waktu
dengan harum sampah dan kudis luka

Jakarta, 6 September 2007

Rabu, 04 September 2013

Tinggalkan Disini


Tinggalkan Disini
Ditulis oleh Budhi Setyawan


tinggalkan di sini sesobek senja
biar kuciumi
semampai jingga

tinggalkan di sini secarik malam
biar kutiduri
segaris dingin

tinggalkan di sini seiris mimpi
biar kurenangi
sebait ilusi

tinggalkan di sini seutas sepi
biar kususuri
seranting arti

Jakarta, 19 Mei 2007

Rabu, 28 Agustus 2013

Yang Tak Selesai


Yang Tak Selesai

Ditulis oleh Budhi Setyawan

ada yang tak selesai kubaca
sisa lumar senyummu
di kaca jendela kereta
ketika engkau menuju rimba misteri
memekik terdiam pagi ini

ada yang tak selesai kutanya
merah matamu membelaiku
sembab bergantung telah cerita
ditingkah isak irama
mengepung risau terbata-bata

ada yang tak selesai kulukis
segerombolan kenangan di belukar silam
terburu perih memaksa pulang
lepas sendi-sendi angan
mengadu muram kepada hujan

Jakarta, 22 April 2007

Rabu, 21 Agustus 2013

Pesan Ranting untuk Daun yang Gugur

Maka akan aku lepaskan kau
Biar tubuhmu bebas berlayar
Aku titipkan bekal
Biar rindumu tak undang sesal

Bukan berarti aku tak sayang
Sebab nafasmu adalah nyawa
Bukan berarti aku tak cinta
Sebab adamu aku sempurna

Simpan saja keluh dan ragu
Simpan juga dendang cemburu
Di sini akan aku tunggu
Ruhku berpekap erat pada ruhmu

Percut, 12 Juli 2012


Rabu, 14 Agustus 2013

Patah Hati

Puisi Cinta Patah Hati

Kau telah menciptakan kesesakan
Hingga menjelma kegalauan yang akut

Kau ciptakan ketidakjelasan
Pernyataan-pernyataan yang menggores hati
Yang lukanya semakin menganga

Pergilah dan jangan pernah kembali
Hatiku tak akan kembali pada luka masa lalu
Karena aku tak akan mengulang kenangan
Dalam percintaan yang murahan

Dalam patah hati yang galau
Cinta telah menjadi kenangan
Menyisakan patah hati yang dalam

Semoga kegalauan ini tak berlarut
Berbenah sampai hati kembali
Pada kemurnian di masa lalu, 

Ferdinaen 2013.

Rabu, 07 Agustus 2013

Rindu

Puisi Rindu Romantis
:De & Di

Barang kali rindu memang tak mudah
Bersama cinta yang dikekang bermil-mil
Lenyap sudah pagi hariku yang cerah
Malam-malamku dilahap gelisah yang garang

Pecahan rindu telah meluber
Mengotori pembuluh otak
Jantung hati berdetak-detak
Tulang sendi melemah

Mencintaimu dalam kerinduan
Adalah kematian perlahan
Cinta yang tak bisa kutiadakan
Juga rindu yang tak bisa kuredam

Berkunjunglah manisku
Jika ada waktu
Supaya cinta kita tak selamanya
Bersanding dengan kerinduan, 

Ferdinaen 2013.

Rabu, 31 Juli 2013

Kenang Kenangan



ketika dunia mengingatkan kenangan
pohon yang bergoyang di taman
kerikil yang setia di jalanan
akan mengembalikan ingatan

yah....
kita begitu mesra dimasa lalu
kita tanamkan kisah di setiap jejak
yang kita yakini berbuah kebersamaan

apa yang kita tanamkan di masa silam
kini hanya berbuah kerinduan
yang entah pada siapa
akhirnya kita tanamkan kesetiaan 


Ferdinaen Saragih (2011: Bandung).

Jejak Bulan


aku telah kehilangan jejak bulan
keasikan menyusuri rimba di harum tubuhmu
kaupun tak mengingatkanku untuk lekas pulang
menyulam reruntuhan malam
yang berulang kali kita porak-porandakan
apakah kau tak inginkan aku pulang?
meninggalkan kegelapan malam
yang selalu kita ciptakan di sini
ah, kenapa kau tak mengingatkanku,
akankah selamanya samar?
sedangkan bulanku mampu menerangiku
celaka, jika kupaksa bergegas selepas ini
setibaku sudah pasti pagi, bulankupun tak ada lagi 

Ferdinaen Saragih (2009: Bandung).

Rabu, 24 Juli 2013

Melepas Kenangan



bukankah kita telah menobatkanya
menjadi sebuah kenangan
lalu melepasnya dengan lapang
pada waktu yang sulit
beradu pada sebuah senja
ditelan malam
menjadikannya tiada

tak perlu ada duka
kita relakan saja
pada sebuah keiklasan
kenangan hanyalah kenangan
yang tak mungkin terulang

kita ucapkan saja
selamat tinggal
dan selamat jalan
semoga saja kabut
yang menjadikannya kenangan
tak terulang di masa mendatang 

Ferdinaen Saragih (2011: Bandung).

Rabu, 17 Juli 2013

Doa Pagi

kusimpan Tuhan dalam hati
dalam puisi semoga bisa abadi
kulafalkan doa setiap pagi
disaat embun dan mentari
masih khusuk dalam sepi

semoga saja tak ada terlewat hari
sebuah rindu dalam diri

aku ingin memelukmu pagi ini
tapi Tuhan, entah sedang pergi
atau asyik menyibukkan diri
hal itu tidak terlalu nyalang kupahami
dalam puisi ini adalah kata hati
dalam pencarian kesana-kemari

Semoga Tuhan berkenan di hari
menerima persembahan puisi
di saat embun dan mentari
masih khusuk dalam sepi 

Ferdinaen Saragih (2011: Bandung).